🎲 Judi Bola Kian Populer di Kalangan Anak Muda, Ahli Ingatkan Risiko Kecanduan

Mei 25, 2025 | news | 0 Komentar

By code123

Jakarta, 23 Mei 2025 — Dalam beberapa tahun terakhir, fenomena judi bola atau taruhan sepak bola semakin mencuat di kalangan anak muda Indonesia, seiring dengan meningkatnya akses ke internet, popularitas Liga Eropa, dan kemudahan menggunakan aplikasi taruhan online.

Dari ajang Liga Champions hingga Kualifikasi Piala Dunia 2026, tren bertaruh pada hasil pertandingan kini bukan hanya terjadi di warung kopi atau tempat nobar, tetapi juga lewat ponsel di genggaman tangan. Namun, di balik keseruannya, para ahli mengingatkan adanya risiko kecanduan dan dampak psikologis jangka panjang.

📱 Taruhan Semudah Klik
Dengan kemajuan teknologi, saat ini siapa pun bisa memasang taruhan hanya dengan satu klik melalui situs atau aplikasi yang umumnya beroperasi dari luar negeri. Platform ini sering mempromosikan “prediksi jitu”, bonus kemenangan, dan program referral.

“Awalnya cuma iseng karena ada promo ‘deposit Rp10.000 bisa jadi Rp100.000’, tapi lama-lama keterusan,” ujar seorang pengguna berusia 22 tahun dari Tangerang. Ia mengaku pernah kehilangan hampir separuh gaji magangnya dalam sebulan akibat taruhan bola.

⚠️ Bukan Sekadar Game
Psikolog dan pakar keuangan pribadi menegaskan bahwa judi bola memiliki efek adiktif yang serupa dengan game online. Rasa tegang saat menunggu hasil pertandingan dan euforia kemenangan bisa membuat pengguna ketagihan — bahkan ketika mereka sudah merugi.

“Masalahnya, kebanyakan orang hanya mengingat saat mereka menang, bukan berapa kali kalah sebelumnya,” kata Dr. Mira Latifah, psikolog dari Universitas Indonesia. “Itulah jebakan psikologisnya.”

🚨 Banyak yang Ilegal
Meskipun perjudian dilarang secara hukum di Indonesia, banyak situs judi bola tetap bisa diakses menggunakan VPN atau tautan alternatif yang disebar melalui grup Telegram dan media sosial. Situs-situs ini tidak memiliki izin resmi dan tidak ada perlindungan terhadap data pengguna maupun jaminan pembayaran.

Pemerintah melalui Kominfo secara rutin memblokir ribuan situs taruhan setiap tahun, tetapi munculnya situs baru tidak pernah berhenti. Pakar TI menyebut situasi ini seperti “perang tanpa akhir.”

💡 Edukasi Lebih Penting dari Larangan
Alih-alih hanya fokus pada pemblokiran, sejumlah aktivis digital menyerukan pendekatan berbasis edukasi. Mereka menyarankan agar literasi digital, manajemen keuangan, dan pemahaman risiko dijadikan bagian dari kurikulum sekolah dan kampus.

“Kalau anak muda tahu risikonya dan bisa mengendalikan diri, itu jauh lebih efektif daripada sekadar dilarang,” ujar Dimas Arya, pendiri platform edukasi digital LiterasiNet.

✅ Ringkasan:
Judi bola makin populer, terutama di kalangan usia 18–30 tahun

Akses mudah lewat ponsel dan media sosial memicu lonjakan pengguna

Risiko psikologis, finansial, dan hukum semakin tinggi

Pendekatan edukatif dan pengawasan teknologi dibutuhkan

Discover More Football Betting Strategies

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *